Pages

Selasa, 15 Juli 2014

Faktor kekalahan dalam pemilihan presiden

Elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla dinilai lebih rendah dari Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dalam survei yang dilakukan Lembaga Survei Nasional. Setidaknya ada tiga alasan yang menyebabkan kekalahan Joko-Kalla.
“Publik mulai dihinggapi kejenuhan terhadap figur Joko Widodo yang sejak setahun lalu terus di-blow up oleh media,” kata peneliti LSN Dipa Pradipta di Hotel Le Meredien Jakarta, Kamis 12 Juni 2014.
Dipa melanjutkan publik juga mulai meragukan kapabilitas Joko Widodo terkait dengan penampilannya yang kurang mengesankan pada acara pengundian nomor urut di KPU dan acara deklarasi pemilu damai di Bidakara.

Faktor terakhir adalah kinerja dari mesin partai-partai pendukung Joko-Kalla tidak optimal. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di kubu Prabowo-Hatta. “Ini menyebabkan elektabilitas Joko-Kalla mandek dan terkejar Prabowo-Hatta,” ujarnya.
Dipa menambahkan, secara agregat mesin partai pengusung Joko-Kalla baru bergerak 53,8 persen, jauh di bawah kinerja mesin partai pendukung Prabowo yang sudah bergerak 65,3 persen.
Dari lima partai yang resmi mengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla, hanya mesin PDI Perjuangan yang optimal menggerakkan konstituennya. Hampir 80 persen pemilih PDI Perjuangan pada Pileg 2014 mengaku akan memilih pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. “Sedangkan mesin Partai Nasdem baru bergerak 50 persen, dan Hanura 47,8 persen,” jelasnya.
Survei LSN dilaksanakan pada 1 hingga 8 Juni 2014 di seluruh Indonesia. Populasi dari survei ini adalah seluruh penduduk Indonesia yang memiliki hak pilih dan tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap.
Jumlah sampel sebanyak 1.070 responden yang diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara berjenjang (multistage random sampling). Margin of error sebesar 3 persen dan pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara dengan responden dan menggunakan kuesioner. Survei ini dilengkapi analisis media dan in-depth interview dengan sejumlah narasumber. (ita)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar